Posted by : UMN Monday, October 21, 2013

October 18, 2013 : by Debora Thea / Universitas Multimedia Nusantara News Service


Trax FM berbagi cerita tentang serunya terjun ke dunia broadcasting khususnya radio dalam TraxWorkshopaholic. 

Peserta workshop di Lecture Hall Kamis (17/10) sore dibuat tertawa dengan humor segar ala Aldy dan Dery, penyiar Morning Zone Trax FM. Mereka sebagai MC membuat suasana menjadi hidup dan tidak membosankan dari awal workshop. Selain mereka, adapula tiga pembicara lain dari kru Trax yang sharing seputar kehidupan siaran; Joey (penyiar), Sawi (Produser), Didot (Program Director)

Sebagai salah satu penyiar, Joey lebih menjelaskan mengenai apa sih sebenarnya esensi dari penyiar di kala jaman sekarang ini sekian juta lagu sudah bisa didownload dengan mudah dan didengarkan di mana saja. Informasi pun sudah bisa dicari di twitter atau social media lainnya sehingga penyiar kalah cepat. “Job desk penyiar itu sekarang kurang lebih menjadi partner atau teman si pendengar secara personal. Kita dilatih supaya sengobrol mungkin dengan orang, jadi teman dan sahabat yang baik, bisa menemani waktu lagi kena macet, atau bisa bikin hari yang tadinya butek jadi happy,” jelas Joey. 

Lalu bagaimana menjadi penyiar yang baik? Menurut Joey, industri broadcasting perlu orang-orang yang benar-benar memiliki passion untuk jadi penyiar radio, bukan hanya yang sekedar ingin menjadikan profesi radio announcer sebagai batu loncatan. “Radio perlu orang-orang yang enggak cukup puas dengan keseragaman misalnya dalam hal lagu. Kalau cuma puas dengan lagu-lagu yang secara rating bagus, industri ini enggak akan ke mana-mana,” tuturnya. 

Hal paling penting yang perlu diingat dan ditanamkan dalam diri penyiar ialah hendaknya selalu menjadi diri sendiri, natural. “Teknik dan skill bisa dipelajari, knowledge bisa dicari, tapi kalau karakter cuma kita yang punya, sesuatu yang ada di dalam diri kita yang bisa digali dan dikembangkan. Enggak perlu berusaha untuk jadi orang lain. Mereka-mereka yang berhasil itu mereka yang jadi diri sendiri. Just be the best version of you,” ungkap Joey di akhir sesinya. 

Dominique Sawi, produser Morning Zone, turut membagikan pengalamannya selama tiga tahun menjadi produser beberapa program Trax FM seperti Skul Desak, Kompak Kampus dan Zona Cinta. “Produser di radio itu menyiapkan sesuatu untuk dipresent oleh penyiar. Dia harus tau karakter dari penyiar yang berbeda-beda, ini berkaitan dengan penulisan skrip. Kalau di Trax, produser juga merangkap jadi reporter, meliput event-event dan live report,” tutur Sawi. 

Serunya bekerja di broadcasting ialah setiap harinya mengalami hal-hal yang berbeda, tidak monoton dan challengenya selalu baru. Bisa datang ke event-event yang menarik misalnya konser asing dan bertemu artis favorit seperti yang pernah dialami Sawi. Tapi tentunya setiap pekerjaan punya tantangan tersendiri. 

Challengenya sebagai produser itu kita dituntut untuk kreatif. Cara untuk jadi kreatif ada dua menurut saya. Yang ribet dan yang mudah. Cara yang ribet butuh waktu dan uang kayak kursus, kuliah, seminar. Sedangkan yang mudah itu bagi saya, kita cukup power nap selama 30 detik – 15 menit untuk istirahatkan pikiran sejenak, setelah bangun, mulailah cari dari hal-hal di sekitar kita. Setelah ketemu satu hal, tuliskan sebanyak-banyaknya apa saja yang dipikirkan mengenai hal itu. Lalu pilihlah yang bagus-bagus dan terakhir disusun untuk jadi satu ide.” 

Sesi terakhir menjadi giliran untuk Didot, Program Director Trax FM untuk menjelaskan struktur organisasi dari Trax FM, posisi-posisi apa saja yang membuat radio tersebut hidup. Dan demikian berakhirlah workshop asyik hasil kerja sama UMN Radio dan Trax FM ini. Semoga apa yang sudah dibagikan dapat bermanfaat bagi peserta kelak terutama yang ingin mejadi radio announcer. (*) 


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Blogger templates

Blog Archive

Powered by Blogger.

- Copyright © Universitas Multimedia Nusantara Sistem Informasi -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -